Friday, May 20, 2005

Gimana menulis cerita anak?

Bercerita adalah suatu cara untuk berbagi pengalaman karena dasarnya, bercerita merupakan rangkaian kejadian yang disampaikan oleh pihak pertama (pemilik cerita) kepada pihak kedua (khalayak sasaran cerita), dengan harapan pihak kedua akan mengerti dan terpengaruh oleh rangkaian kejadian tersebut.
Di sini, peran pertama sangatlah besar. Dia bebas memanupilasi cerita, bebas memakai gaya bahasa apa pun yang dikehendaki dengan tujuan agar pihak kedua bisa menerima dengan sebaik-baiknya.
Untuk menulis cerita anak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan; tema, gaya bahasa, alur, dan ending.
Tema untuk anak usia TK akan lebih baik kalau tema-tema kemandirian (bisa cerita keseharian atau fabel), untuk anak 6-9 tahun mereka menyukai cerita petualangan, fantasi, dan sebagainya. Dan, anak usia 10-12 tahun mereka lebih menyukai cerita-cerita yang lebih riil dalam kehidupannya (persahabatan, dan sebagainya).
Gaya bahasa anak usia TK, usia 6-9 tahun, dan usia 10-12 tahun akan sangat berbeda, begitu juga dalam membuat alur cerita dan ending. Anak usia TK bahasanya sangat sederhana (lebih banyak gambar), alur dan endingnya simpel.
Usia 6-9 tahun, bahasa sudah mulai berubah karena perbendaharaan kata mereka mulai banyak. Alur masih sederhana. Ending dibuat mengejutkan. Mereka lebih senang ending yang seperti ini.
Usia 10-12 tahun, bahasa, alur, dan ending sudah bisa dieksploitasi karena mereka sudah mulai beranjak remaja. Berikut saya petikkan tips menulis dari Jokolelono.
1. Bahan cerita. Semua hal bisa jadi bahan cerita yang baik. Orisinalitas dalam hal ‘bahan baku’ mungkin nomor dua, tetapi orisinalitas cara penyampaian akan lebih penting agar anak lebih tertarik.
2. Anak-anak butuh hiburan dan tambahan wawasan sebagai ganti melepaskan keaktivan mereka. Mereka memerlukan cerita yang bisa melanjutkan kegiatan aktif mereka dalam dalam khayal, atau memukau secara emosional serta memperkaya wawasan. Jika ingin menumbuhkan nasihat, usahakan untuk tidak terlalu menonjolkannya.
3. Perbendaharaan bahasa anak-anak kita terbatas. Kalimat pendek, tiruan bunyi, cara interaktif akan sangat membantu mengikat perhatian anak-anak.
4. Anak-anak akan merasa sebuah cerita itu bagus bila cerita itu memikat perhatian, membuat mereka teringat terus, minta diceritakan atau dibacakan ulang, dan bisa mereka hayati. Ini sangat berguna karena jika mereka suka akan sebuah cerita, mereka akan merasa waktu mereka tak terbuang percuma.
5. Cerita yang menarik akan membuat anak minta dan minta lagi untuk diceritakan, sehingga terjadi kedekatan fisik antara orangtua dan anak. Cerita tidak harus dongeng. Cerita tentang keluarga juga ternyata menarik untuk anak-anak.Yang penting cerita diceritakan secara lancar dengan bahasa yang bisa dimengerti dan dapat dinikmati oleh anak-anak

0 Comments:

Post a Comment

<< Home